Menjelang kelahiran mu ayah merasa sangat
kawatir menantikan sang buah hatinya lahir ke dunia dan kawatir akan
keselamatan ibumu. Setelah kamu lahir
betapa bahagianya ayahmu terlihat dari sorot matanya yang berbinar dan senyum
yang melingkar menghiasi wajahnya dan tak terasa air matanya turun di tebing
pipinya, lalu berbisik pada gadis mungilnya “aku siap melindungimu anaku,
walaupun nyawa taruhanku” lalu gadis mungilnya pun menangis.
Setiap malam ayahmu tak pernah tertidur
karena menjagamu yang selalu menangis setiap popokmu basah, lapar dan kamu
merasa kedinginan dan kepanasan.
Setelah usiamu memasuki lima tahun, kamu
ikut berbelanja dengan ibumu…. Disana kamu melihat mainan yang kamu suka, lalu
kamu merengek kepada ibumu untuk membeli mainan itu. Dengan tegas ibumu
mengatakan tidak dan berbisik padamu, “nanti kita beli di tempat lain yang
lebih bagus ya nak.. lalu kamu pun mengangguk dan ibumu mencoba mengalihkan
perhatianmu agar kamu lupa dengan kemauanmu.
Sekarang usiamu sepuluh tahun, biasanya
diusia itu seorang ayah melatih anaknya bersepeda, sama seperti ayahmu
melatihmu naik sepeda dengan sabar. Dia memegang tempat duduk disepeda dan
menyuruhmu untuk mengayuh sepedanya. Sedikit demi sedikit kamu mulai bisa naik
sepeda, dan dengan perlahan ayah melepaskan sepeda yang kamu naiki. Ayah dan
ibumu sangat senang melihat gadis kesayangannya mulai bisa menaiki sepeda. Dan
mereka bertepuk tangan dan bersorak sangat gembira.
Suatu hari, kamu jatuh sakit…
Ayah memarahimu dan mengatakan bahwa kamu
anak yang bandel dan anak yang nakal. Kamu hanya bisa menangis dan terdiam.
Melihat hal itu ibumu mendekatimu dan merwat kamu yang sedang sakit. Dan ibu
berkata padamu “nak jangan dimasukan kedalam hati, ayah hanya kawatir putri
kesayangannya kenapa – kenapa” dan kamupun mengangguk. Setelah selesai
merawatmu ibu keluar dari kamar dan menemui ayahmu, ibumu melihat ayahmu
meneteskan air mata dan diapun berkata, anakmu tidak apa – apa ayah, dia hanya
terlalu capai dan kurang istirahat. “sukurlah kalau begitu “ kata ayah. Untuk
mala mini biar ayah saja yang menjaga putri gadisku tidur, kamu tidur saja bu,, besok pagi kta gentian menjaga putri
kita.
Setelah pagi tiba, putrinya tak melihat
ayahnya.. lalu diapun bertanya kepada ibunya “ ibu, ayah dimana? Apakah dia
masih marah sama aku?” ibupun hanya membalas dengan senyuman. Dalam pikiranku
ayah hanya ada waktu untuk bekerja saja, tidak ada waktu untuk anaknya.
Semua itu salah, justru ayahlah yang
sangat menghawatirkan kedaanmu, walapun dia capai dengan semua pekerjaannya dia
selalu menanyakan kabarmu setiap pulang kerja dan melihatmu tertidur dan
mencium putri kesayangannya yang sedang tertidur pulas.
Menginjak usia remaja, kamu meminta izin
kepada ayahmu untuk berkecan dengan pacarmu di malam minggu. Dengan tegas ayamu
mengatakan TIDAK. Lalu kamu lari kekamar sambil menangis dan membanting pintu
dengan keras. Sebenarnya ayahmu sangat menyesal mengambil keputusan itu, tetapi
dia hanya tidak ingin putri kesayangannya dalam bahaya dan kenapa- kenapa.
Ayahmu hanya ingin melindungimu nak, tapi kamu belum saja menyadarinya, bisik
ayah dalam hatinya.
Setelah lulus dari SMA lagi – lagi ayahmu
dibuatju sedih karena haus melepas putri kesayangannya sekolah di luar kota. Saat
kamu hendak berpamitan ayahmu hanya pura- pura tegar dan mengatakan hati – hati
saja tanpa terucap kata lain, setelah
kamu pergi dari pandangannya ayahmu barulah menangisi kepergianmu.
Setelah lulus dari perguruan tinggi kini
tiba waktunya putri kesayangannya untuk menikah. Lalu ayahmu berkata, Ya allah
putri yang selama ini ku besarkan dengan kasih sayang harus kulepaskan dengan
laki – laki lain yang dicintainya, yang akan menjaganya setelah ku ya Allah,
dan kini tugasku telah selesai. Kuserahkan putri kesayangan ku pada laki- laki
itu. Kata ayah dalam hati. Tak terasa air matanya menetes dipipinya, ini
pertama kalinya ayah menangis didepan putri kesanyangannya karena ayah merasa
begitu bahagia.
Setelah beberapa tahun kini ayahku
dipanggil kakek oleh anak – anak ku, mereka tampak bahagia dan sangat akrab. Tiba-
tiba ketika bermain dengan cucunya, ayah pingsan. Lalu dibawalah ayah kerumah
sakit. Ternyata tadi itu terakhir aku melihat ayah ku tersenyum bahagia. Kini
ayah telah tiada aku hanya bisa menangis dan mendoakan diatas batu nisannya. Aku
belum melakukan apa – apa ayah untuk membalas jasa – jasamu selama ini, semua
yang kulakukan untuk mu tak seimbang dengan apa yang telah kamu lakukan
terhadapku dari aku lahir sampai sekarang ini.
END….
Itulah kisah perjuangan seoarang ayah
untuk anaknya, bagi anda yang masih memiliki oraang tua, sayangilah dia dan
jagalah dia sebelum terlambat.
jadi teringat sama abah.. almarhum, trimakasih sharenya
BalasHapuswww.promogratisan.com