Minggu, 08 Desember 2013

Perjuangan ayahku..



Menjelang kelahiran mu ayah merasa sangat kawatir menantikan sang buah hatinya lahir ke dunia dan kawatir akan keselamatan ibumu.  Setelah kamu lahir betapa bahagianya ayahmu terlihat dari sorot matanya yang berbinar dan senyum yang melingkar menghiasi wajahnya dan tak terasa air matanya turun di tebing pipinya, lalu berbisik pada gadis mungilnya “aku siap melindungimu anaku, walaupun nyawa taruhanku” lalu gadis mungilnya pun menangis.
Setiap malam ayahmu tak pernah tertidur karena menjagamu yang selalu menangis setiap popokmu basah, lapar dan kamu merasa kedinginan dan kepanasan.
Setelah usiamu memasuki lima tahun, kamu ikut berbelanja dengan ibumu…. Disana kamu melihat mainan yang kamu suka, lalu kamu merengek kepada ibumu untuk membeli mainan itu. Dengan tegas ibumu mengatakan tidak dan berbisik padamu, “nanti kita beli di tempat lain yang lebih bagus ya nak.. lalu kamu pun mengangguk dan ibumu mencoba mengalihkan perhatianmu agar kamu lupa dengan kemauanmu.
Sekarang usiamu sepuluh tahun, biasanya diusia itu seorang ayah melatih anaknya bersepeda, sama seperti ayahmu melatihmu naik sepeda dengan sabar. Dia memegang tempat duduk disepeda dan menyuruhmu untuk mengayuh sepedanya. Sedikit demi sedikit kamu mulai bisa naik sepeda, dan dengan perlahan ayah melepaskan sepeda yang kamu naiki. Ayah dan ibumu sangat senang melihat gadis kesayangannya mulai bisa menaiki sepeda. Dan mereka bertepuk tangan dan bersorak sangat gembira.
Suatu hari, kamu jatuh sakit…
Ayah memarahimu dan mengatakan bahwa kamu anak yang bandel dan anak yang nakal. Kamu hanya bisa menangis dan terdiam. Melihat hal itu ibumu mendekatimu dan merwat kamu yang sedang sakit. Dan ibu berkata padamu “nak jangan dimasukan kedalam hati, ayah hanya kawatir putri kesayangannya kenapa – kenapa” dan kamupun mengangguk. Setelah selesai merawatmu ibu keluar dari kamar dan menemui ayahmu, ibumu melihat ayahmu meneteskan air mata dan diapun berkata, anakmu tidak apa – apa ayah, dia hanya terlalu capai dan kurang istirahat. “sukurlah kalau begitu “ kata ayah. Untuk mala mini biar ayah saja yang menjaga putri gadisku tidur, kamu tidur saja  bu,, besok pagi kta gentian menjaga putri kita.
Setelah pagi tiba, putrinya tak melihat ayahnya.. lalu diapun bertanya kepada ibunya “ ibu, ayah dimana? Apakah dia masih marah sama aku?” ibupun hanya membalas dengan senyuman. Dalam pikiranku ayah hanya ada waktu untuk bekerja saja, tidak ada waktu untuk anaknya.
Semua itu salah, justru ayahlah yang sangat menghawatirkan kedaanmu, walapun dia capai dengan semua pekerjaannya dia selalu menanyakan kabarmu setiap pulang kerja dan melihatmu tertidur dan mencium putri kesayangannya yang sedang tertidur pulas.
Menginjak usia remaja, kamu meminta izin kepada ayahmu untuk berkecan dengan pacarmu di malam minggu. Dengan tegas ayamu mengatakan TIDAK. Lalu kamu lari kekamar sambil menangis dan membanting pintu dengan keras. Sebenarnya ayahmu sangat menyesal mengambil keputusan itu, tetapi dia hanya tidak ingin putri kesayangannya dalam bahaya dan kenapa- kenapa. Ayahmu hanya ingin melindungimu nak, tapi kamu belum saja menyadarinya, bisik ayah dalam hatinya.
Setelah lulus dari SMA lagi – lagi ayahmu dibuatju sedih karena haus melepas putri kesayangannya sekolah di luar kota. Saat kamu hendak berpamitan ayahmu hanya pura- pura tegar dan mengatakan hati – hati saja tanpa  terucap kata lain, setelah kamu pergi dari pandangannya ayahmu barulah menangisi kepergianmu.
Setelah lulus dari perguruan tinggi kini tiba waktunya putri kesayangannya untuk menikah. Lalu ayahmu berkata, Ya allah putri yang selama ini ku besarkan dengan kasih sayang harus kulepaskan dengan laki – laki lain yang dicintainya, yang akan menjaganya setelah ku ya Allah, dan kini tugasku telah selesai. Kuserahkan putri kesayangan ku pada laki- laki itu. Kata ayah dalam hati. Tak terasa air matanya menetes dipipinya, ini pertama kalinya ayah menangis didepan putri kesanyangannya karena ayah merasa begitu bahagia.
Setelah beberapa tahun kini ayahku dipanggil kakek oleh anak – anak ku, mereka tampak bahagia dan sangat akrab. Tiba- tiba ketika bermain dengan cucunya, ayah pingsan. Lalu dibawalah ayah kerumah sakit. Ternyata tadi itu terakhir aku melihat ayah ku tersenyum bahagia. Kini ayah telah tiada aku hanya bisa menangis dan mendoakan diatas batu nisannya. Aku belum melakukan apa – apa ayah untuk membalas jasa – jasamu selama ini, semua yang kulakukan untuk mu tak seimbang dengan apa yang telah kamu lakukan terhadapku dari aku lahir sampai sekarang ini.
END….
Itulah kisah perjuangan seoarang ayah untuk anaknya, bagi anda yang masih memiliki oraang tua, sayangilah dia dan jagalah dia sebelum terlambat.


1 komentar:

  1. jadi teringat sama abah.. almarhum, trimakasih sharenya
    www.promogratisan.com

    BalasHapus